Rayya, Cahaya Diatas Cahaya Part 1

05.14 Viana Dew 0 Comments






Image result for arti pengantinku dalam film rayya


Padhang Bulan by 
Anda Pradana

cahaya kasih sayang
menaburi malam
hidayah dan rembulan 
menghadirkan Tuhan

alam raya...
cakrawala...
pasrah dan sembahyang...

yang palsu, ditanggalkan
yang sejati, datang 
yang dusta, dikuakkan
topeng-topeng, hilang...

jiwa sujud
hati tunduk
padaMu 
Tuhanku

lihatlah-lihatlah mentari baru
yang terbit dari dalam tekadmu
sesudah senja, diujung duka


nikmati hilang, mengalirnya cahaya...
mengalinya cahaya, mengalirnya cahaya...


Selintas, lirik di atas mungkin masih asing di telinga kita. Lirik yang susah untuk dipahami karena memiliki diksi unik yakni mengani agama dan spiritualitas. Yap, ini adalah lagu OST. Rayya (Cahaya di Atas Cahaya).Mungkin film itu sudah berlalu sekitar empat tahunan yang lalu. Namun, bagi saya film ini tidak akan pernah mati untuk dilihat dan dilihat lagi.

Well, film ini sangat-sangat saya acungi jempollllll. Empat jempol jari semua deh, saya kasih. Semua serba pas. Adegan tiap adegan dan kata tiap kata yang terangkai, selalu indah untuk ditelisik maknanya.

Awal mula saya menonton film ini karena seseorang yang mengatakan kalau film ini bagus. Ada makna dibalik tiap diksi. Ada agama tanpa adanya simbol-simbol agama. Ada Tuhan tanpa adanya kata-kata Tuhan dan ada "seksualitas" tanpa adanya sentuhan-sentuhan tangan bahkan maaf "kelamin".

What? Tuhan tanpa Tuhan? Agama tanpa simbol agama ? dan what seksualitas tanpa sentuhan?
Itulah yang seketika ada dalam pikiran saya. Setahu saya, sebuah film selalu identik dengan semua itu dengan menggunakan "tanpa". Mulailah dari situ, saya mulai mencari kemudian melihat film yang berdurasi 1 jam 54 menit ini.

Film ini, membuat saya merasakan apa yang terjadi pada diri saya. Di mana, populer, kemewahan dan semua hingar bingar keindahan dunia sangat didambakan oleh semua orang, termasuk diri saya. Hingga seorang Rayya mengajarkan kepada saya arti meninggalkan semua itu.

Rayya, seorang artis papan atas, bintang tanpa tandingan yang popularitasnya dieluh-eluhkan oleh semua orang. Dia memiliki segalanya. Kemewahan, materi, ketenaran, uang bahkan untuk mencari 100 lelaki yang bersujud dan mencium kakinya, dia pun bisa. Rayya, seolah-olah mengganggap dirinya sebagai "AKU" yang bisa melakukan apapun. Menyuruh semuanya berlaku sesuai dengan yang dia inginkan. Namun, dia lupa. Bahwa dia tak benar-benar bahagia.

Bram, lelaki yang amat ia cintai, pergi meninggalkannya. Dia menikah dengan perempuan lain dan memutuskan hubungan dengan Rayya secara sepihak. Saat itu juga, pertahanan Rayya jatuh berantakan. Rayya seolah kehilangan semua dunianya. Dan yang tersisa hanyalah dendam untuk mengakhiri hidupnya "Bunuh Diri".

Pada saat yang sama, sekuel tentang perjalanan hidup Rayya akan dibuat dokumenter. Rayya harus melakukan perjalanan sepanjang Jakarta-Bali untuk menyelesaikan proses dokumenter hanya ditemani oleh Fotografer. Tanpa ada asisten lain. Saat itu juga, Rayya dengan patah hatinya menjalani syuting. Adegan demi adegan, shoot demi shoot, foto demi foto, ia lakukan sesuai arahan Kemal. Lembayung senja, warna warni. Tetapi Kemal, sang fotografer telah membuatnya marah. Kebohongan pun ia lakukan untuk berdalih. Kata-kata bak penuh cacian terlontar dari mulut Kemal...

"yang gue pelajari itu pisau, pedang, parang, golok dan clurit"


"pisau itu kata-kata loe
pedang itu kalimat loe
parang itu mulut loe
golok itu lidah loe
clurit itu moncong loe"


Kebohongan telah membuat Rayya marah. Karena dengan kebohongan, Rayya ditinggalkan Bram. Kebohongan dan Kebohongan. Sampai akhirnya, Rayya pun berkata ...

"Jangan sekali-kali bilang, kebohongan adalah hal sepele"

silahkan berlajut pada part 2



You Might Also Like

0 komentar: