AKHLAK RASULULLAH

04.43 Viana Dew 0 Comments


Orang Islam pasti mengetahui sosok yang sangat berwibawa, memiliki akhlak yang indah, berwajah tampan, berperangai gagah dan juga sangat mencintai kita, umatnya.
Beliau adalah baginda rasululullah Muhammad SAW. Kalau saya membicarakan beliau, sungguh saya sangat mengagumi indah akhlaknya. Sangat santun, rupawan dan begitu takut kepada Allah. Walaupun beliau dijamin masuk surga oleh Allah SWT tanpa hisab namun beliau orang yang paling senang untuk beribadah. Tetap melakukan sholat, hingga terkadang melakukan sholat malam sampai kakinya bengkak - bengkak. Beliau melakukan sholat, zakat, puasa, dan semua kebaikan karena Allah SWT.
Berikut adalah akhlak nabi Muhammad SAW.

Pesona Akhlak Nabi

Suatu ketika Rasulullah SAW berjalan di Kota Makkah. Beliau melihat seorang wanita tua menunggu seseorang yang bisa dimintai tolong membawakan barangnya. Begitu Rasulullah lewat di depannya, ia memanggil, “Ya ahlal Arab! Tolong bawakan barang ini, nanti akan kubayar.”
Rasulullah SAW sengaja lewat di hadapan nenek itu karena bermaksud hendak menolongnya. Maka, ketika Rasulullah menghampirinya, beliau segera mengangkat barang-barang itu seraya berkata, “Aku akan mengangkatkan barangmu tanpa bayaran.”
Di tengah perjalanan, wanita itu menasihati sang pemuda. “Menurut Kabar yang beredar di Kota Makkah ini ada seseorang yang mengaku Nabi, namanya Muhammad. Hati-hatilah engkau dengan orang itu. Jangan sampai engkau teperdaya dan mempercayainya.”
Nenek tua itu sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan sedang bersamanya adalah Muhammad sang Nabi Saw. Maka beliau berkata kepada si nenek, “Aku ini Muhammad…”
Nenek tua itu terperangah begitu menyadari pemuda yang menolongnya adalah Muhammad yang diceritakannya. Maka, pada saat itu juga nenek itu langsung meminta maaf dan bersyahadat. Ia pun kemudian memuji akhlak Nabi Muhammad. “Sungguh engkau memiliki akhlak yang luhur.”


Akhlak Nabi : Rendah Hati (Tawadhu’)

Ada peristiwa menegangkan buat kita semua yang mencerminkan betapa beliau sangat tawadhu’ (rendah hati), padahal beliau adalah manusia yang dijamin masuk surga. Pada suatu ketika menjelang akhir hayatnya, Nabi berkata pada para sahabat, “Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!”
Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, “Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat hendak pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini.”
Singkat cerita, Rasul memberikan tongkat pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, “lakukanlah!”
Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, “Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah.”
Seketika itu juga terdengar ucapan, “Allahu Akbar” berkali-kali. sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sebelum Allah memanggil beliau.


Akhlak Nabi : Pandai Menghargai

Ada sepenggal kisah indah ketika ada sahabat terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya.

Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup sampai di situ, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi. Lihatlah bagaimana Nabi menghargainya sampai-sampai sahabatnya menangis karena tersanjung.

Akhlak Nabi : Menyimak dalam Berdialog

Nabi pernah didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi’ah. Ia berkata kepada Nabi, “Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami”
Nabi mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi bertanya, “Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?”
“Sudah.” kata Utbah.
Nabi membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaan dan sujudnya.
Lihatlah bagaimana Nabi menyimak ide-ide yang disampaikan Utbah bin Rabi’ah. Adalah perilaku kita oleh si Utbbah seorang musyrik pun, kita kalah. Utbah masih mau mendengarkan Nabi dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi berbicara. Kita sekarang, jangankan mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan sering tidak mau mendengarkan pendapat saudara sesama muslim. Na’udzbillah min dzaalik.


Akhlak Nabi : Peduli kepada Si Miskin

Ada seorang wanita muslimah yang biasa membersihkan masjid Nabi di Madinah. Ketika Rasulullah saw tidak melihatnya lagi beberapa hari dan beliau menanyakan perihalnya kepada sahabat, maka disampaikan kepada beliau bahwa wanita tersebut sudah meninggal. Maka beliau bersabda: “Mengapa aku tidak diberi tahu kalau ia meninggal? Aku pasti ikut dalam sembahyang janazahnya” dan beliau menambahkan, “Barangkali kalian tidak memandangnya cukup penting karena ia miskin. Anggapan itu salah. Bawalah aku ke kuburnya.” Kemudian beliau pergi ke sana dan berdo’a untuk dia (Al-Bukhori, Kitabus-Salat)


Akhlak Nabi : Jujur dan Amanah

Salah satu ahlak Nabi Muhammad SAW adalah Ash Shiddiq atau jujur. Beliau adalah orang yang tidak pernah berbohong. Sejak kecl, beliau sudah memiliki sifat jujur, bahkan ketika beliau masih menjadi pedagang. Beliau selalu menyebutkan dengan jujur modal yang beliau gunakan untuk barang dagangannya dan terserah kepada pembeli akan memberikan lebih atau tidak pada barang yang dibelinya. Sehingga Nabi Muhammad Saw dikenal dalam “dunia bisnis” pada zaman itu  sebagai pedagang atau pebisnis yang jujur. Di zaman sekarang, mungkin tidak banyak jika ada pedagang yang jujur seperti itu.
Karena jujur dan amanah maka beliau sangat bisa dipercaya, sehingga beliau pun terkenal dalam sejarah umat manusia sebagai satu-satunya manusia yang mendapat gelar “Al Amin” yang artinya adalah orang yang “dapat dipercaya.”


Akhlak Nabi : Paling Layak untukKita Ikuti

Nabi Muhammad Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlak yang terpuji”.  Dan kemudian Nabi saw benar-benar mejadi sumber teladan terbaik, terindah, termulia, terpuji  dan terlengkap sebagai teladan dari berbagai sisi kehidupannya. Apa yang disebutkan di atas hanyalah sedikit contoh dari akhlak Nabi.
Sudah seharusnya kita Sebagai seorang muslim menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan kita dalam berahlak. Karena beliaulah semulia-mulianya manusia di dunia ini, akhlak mulia beliau adalah yang paling layak untuk kita ikuti.  Sehingga kita bisa merasakan hidup indah bersama ahlak Nabi Muhammad saw. Tak akan pernah ada ahlak yang lebih indah daripada akhlak Nabi SAW junjungan kita.

You Might Also Like

0 komentar: